Sebagai karya cipta yang oleh UNESCO ditetapkan sebagai intangible heritage Indonesia, saat ini mungkin ada jutaan pembatik dan pengusaha batik di tanah air. Namun, tidak banyak seniman batik yang memiliki ‘identitas’, sebuah ciri khas yang bisa membuat desainnya bisa dikenali tanpa harus melihat labelnya.
Dari yang sedikit itu, ada nama Sri Ratna Handayani Budhie, Founder sekaligus owner dari Handayani Geulis Batik Bogor serta pemegang 14 sertifikat hak cipta batik handayani.
Beliau menciptakan motif batik khas Bogor dengan mengadopsi nilai-nilai kearifan lokal Bogor yang diadaptasi menjadi motif batik. Seni perbatikan dikenal sejak kecil dari ayahnya yang berdarah asli solo, dan mulai mengenal lebih dalam saat tinggal di yogyakarta ketika kuliah di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Saat ini selain membatik dan mengajar batik, beliau juga menekuni hobi lamanya yakni, menulis. Selain artikel nya hadir di banyak media, buku Bunda Ratna, “Titik Balik”, sudah tersedia di Gramedia, Shopee maupun berbagai galeri di Bogor.
Dirinya mengatakan bahwa Impian terindahnya adalah, seni batik Indonesia dikenal dan dicintai diberbagai kalangan khususnya generasi milenial. Generasi ini mencintai batik, bangga dengan batik karena batik adalah identitas bangsa Indonesia.
Anyway, sampai di titik ini tentu banyak yang telah dilewati Ibu handayani, Fase-fase apa saja yang telah dilewatinya? Apa tips Ibu Handayani dalam menjalani hidup? Benarkah dibalik motif batik ada filosofinya? Apa saja sih alat alat yang dibutuhkan untuk membatik?
Yuk, kita simak obrolan ringan sarat makna bersama Sri Ratna Handayani Di #NgobrolBareng malam minggu bersama Sanggar Gandes Pamantes!
Simak obrolan malam minggu kita :
