Profesi menjadi seorang penari menurut pandangan orang kebanyakan merupakan profesi yang bersifat feminis dan rata-rata digeluti oleh kaum hawa. Bahkan di sekitar tahun 70 sebagian orang ada yang berasumsi bahwa bagi laki-laki yang identik dengan sifat maskulin, menggeluti dunia tari merupakan hal yang ‘unik’.
Namun perlu diketahui, Menari itu bukan tentang gender. Laki-laki yang menari bukan berarti ia kemayu. Ada juga, kok, beberapa tari tradisional khas Indonesia yang gerakannya begitu dinamis sehingga lebih cocok untuk anak laki-laki.
Memang, selama ini anak laki-laki lebih identik dengan aktivitas olahraga seperti sepak bola atau basket. Padahal, baik olahraga dan menari sama-sama mengandalkan kekuatan tubuh, lho. Manfaatnya pun tidak kalah baik, mulai dari meningkatkan koordinasi tubuh, membuat tubuh dan pikiran lebih sehat, hingga membantu anak mengendalikan emosi.
Seperti halnya Endang Suwandi, S.Pd mantap menekuni tari. Bahkan, dirinya yang merasa minoritas sebagai lelaki dalam dunia tari sampai pergi keliling Indonesia mengikuti lomba tarian Nusantara. Setelah mengikuti sejumlah lomba tari, Endang menjadi salah satu pelatih tari sekaligus koreografer di Sanggar Gandes Pamantes.
Banyak karya koreografi yang telah dihasilkannya. Memang tidak mudah, karena seorang koreografer akan mencari berbagai gerakan yang dinilai paling sesuai sama musik yang dimainkan. Untuk itu, seorang koreografer harus berfikir kreatif, inovatif, dan mempunyai kepekaan terhadap rasa, sehingga bisa menghasilkan karya yang menghibur.
Bagaimana Kegiatan A Endang sehari-hari? Apa harapan A Endang selama mengajar tari dan membuat koreografi di sanggar gandes pamantes? dan bagaimana A Endang melihat siswa tari di sanggar Gandes Pamantes?
Yuk, Kita simak cuap-cuapnya duos gengges bersama Endang Suwandi, S.Pd di #KenalLebihDekat Sanggar Gandes Pamantes..
Merasa Minoritas Karena Lelaki dalam Menari⁉️ – Gandes Pamantes | Kenal Lebih Dekat Endang Suwandi
